|| Oleh:
Ali Ghufron Sudirman ||
Saudaraku, alangkah indah bila kita punya seseorang,
entah itu pasangan kita, saudara kita, atau orang tua kita yang selalu
mengingatkan dalam hal keimanan. Sebab dengan demikian hidup kita akan selalu
dapat terkontrol dan termonitor. Siapa saja tentu mengharapkan seperti itu. Dan
sebagaimana kita membutuhkannya, orang lain pun membutuhkan juga. Maka kita
dianjurkan untuk saling mengingatkan. Bahasa Al-Qurannya, tawashau bil haq
watawashau
bish shabr.
Budaya saling mengingatkan seperti ini sangat penting
karena fitrah kita sebagai manusia memang mudah lupa dan lalai. Sehingga dengan
saling mengingatkan, diharapkan kita bisa selalu berada dalam track yang
benar dan lurus. Untuk itu, benar belaka bila di dalam surah Al-Ashr disebutkan
bahwa orang yang saling mengingatkan itulah yang akan mendapat keberuntungan.
Saudaraku,
mungkin saja di
antara kita ada yang terlena serta sibuk dengan urusan dunia sehingga
melalaikan akhirat yang merupakan tujuan dari kehidupan ini. Dalam kondisi
demikian maka bagi siapa saja yang tersadar hendaklah mau mengingatkan
saudaranya yang lalai. Hendaklah ia terus-menerus mengingatkan. Orang yang
sadar tidak boleh jenuh mengingatkan atau sakit hati ketika peringatannya
diabaikan. Sebab orang yang lalai itu laksana orang yang tertidur pulas padahal
ada kobaran api yang mendekat dan siap membakar jika mereka terus dalam keadaan
tertidur pulas.
Pada
situasi seperti ini, tentu saja orang yang sadar dan tahu adanya kebakaran
itulah yang harus memberi peringatan. Pertama-tama ia harus membangunkan saudaranya yang
tertidur agar tersadar lalu segera menjauh dari kobaran api. Harus dibangunkan
dulu karena usaha apa pun untuk mengingatkannya dari ancaman api sebelum ia bangun
dan tersadar adalah sia-sia. Sebab ia tidak akan menjawab karena sedang
tertidur.
Saudaraku,
tak jarang saat kita membangunkan orang tidur, dia malah menyuruh kita pergi
agar dapat kembali melanjutkan tidurnya. Bila demikian yang terjadi, tetaplah bersabarlah,
saudaraku. Sebab bisa jadi tidurnya begitu lelap hingga tidak ingin diusik
siapa pun. Dia bersikap demikian karena masih tidur. Kalau saja dia sudah terbangun dan melihat kobaran
api, tentu ia akan segera pergi melarikan diri. Maka sekali lagi bersabarlah
dan terus bangunkan ia.
Bahkan
ketika orang yang tertidur itu mengaku sudah bangun tapi tidak juga beranjak
pergi, maka jangan sekali-kali percaya pada ucapannya. Tetaplah bangunkan ia
sampai sebangun-bangunnya supaya ia benar-benar tahu bahwa ada kobaran api yang
mendekat dan siap membakar dirinya.
Sungguh, jangan sekali-kali
membiarkan saudara kita tertidur pulas padahal api sudah merambat ke arah kasur
dan bantalnya. Teruslah memberi peringatan meski engkau ditendang atau
diacuhkan. Karena memang begitulah tantangan orang yang memberi
peringatan.
Sang pemberi peringatan
memang harus senantiasa bersabar dan siap menerima apa pun dari
orang yang diingatkan, baik itu perlakukan buruk maupun cercaan. Ia hendaklah
menyerahkan semua itu kepada Allah sesuai suri teladan yang diajarkan Rasul
kita tercinta, di mana beliau terus berdakwah meski senantiasa menerima celaan. Rasulullah
senantiasa bersabar dan tidak putus asa dalam memberi peringatan. Saat
mendapat perlakuan buruk, beliau berdoa, “Ya Allah! Berilah petunjuk-Mu kepada kaumku,
sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Terkait hal ini, Imam Hasan
Al-Banna pernah mengatakan
kepada Jamaah Ikhwanul Muslimin, “Jadilah di tengah-tengah manusia seperti pohon. Di mana mereka melemparinya dengan batu, tapi ia membalasnya dengan menjatuhkan buahnya.”
Saudaraku, kita harus terus mengingatkan. Kita harus
terus saling mengingatkan. Karena di situlah kunci kebahagiaan kita, baik di
dunia maupun di akhirat…
No comments:
Post a Comment
Katakan yang baik-baik, atau lebih baik diam. Begitu pesan Rasul kita...